What is Guano Fertilizer ?

Constructed Wetland dalam Upaya Pemulihan Lingkungan

Dokumentasi Pribadi


Resume Webinar
Constructed Wetland dalam Upaya Pemulihan Lingkungan
(Kania GL)


Dr Devi N. Choesin 
Opsi pemulihan Lingkungan Berkelanjutan  
Pengertian secara luas dan sempit untuk Wetland/ Lahan Basah dan menjelaskan konsep  wetland. Wetland terletak diantara zona terrestrial system dan deepwater aquatic system. Ciri-ciri lahan basah yaitu : adanya air, kondisi tanah/substrat berbeda dari dataran yang lebih tinggi  disekitarnya dan adanya vegetasi yang teradaptasi pada lahan basar tersebut. Jasa ekosistem lahan  basah yaitu fisik/hidrologi, kimiawi, biologis dan manfaat sosioekonomi. Lahan basah alami  diketahui dapat memurnikan air melalui penyisihan senyawa organic dan anorganik. Constracted  Wetland atau lahan basah buatan dengan berbagai tujuan tertentu. Seringnya lahan basah buatan  ini digunakan untuk memurnikan air tercemar dengan adanya proses-proses kimia dan proses  lainnya yang terjadi di lahan basah buatan. Dijelaskan mengenai keuntungan lahan basah yang  diantaranya biaya pembangunan dan operasi relative murah, mudah dioprasikan dan dirawat,  efektif dalam pengolahan berbagai jenis limbah, bajan pencemar dalam air dapat didaur ulang,  sesuai untuk pemukiman kecil, dan memberikan manfaat lain; estetika/kawasan hijau, habitat  satwa dan rekreasi dll. 
Beberapa kendala pembuatan lahan basah buatan yaitu memerlukan lahan yang relative luas, kriteria desain dan operasi masih perlu dikembangkan, perlu banyak penelitian tentang  kompleksitas biologis dan hidrologis dan potensi berkembangnya penyakit yang berkembang  dalam lingkungan air tergenang. Proses pembuatan lahan basah buatan yaitu diawali dengan studi  awal berupa pengenalahan kondisi lahan yang akan dibuat lahan basah buatan. Beberapa factor yang jadi pertimbangan yaitu beban limbah, substrat/media, tumbuhan air,fungsi masing-masing  kolam, kemiringan kolam dan unsur estestika. Efektifitas lahan basah buatan dalam menurunkan  konsentrasi bahan pencemar ditunjang oleh lima komponen yaitu hidrologi, substrat, tumbuhan,  populasi/komunitas microorganism, dan berbagai jenis hewan. Tipe tumbuhan di lahan basah  diantaranya : tumbuhan air tenggelam keseluruhan berada dalam air (hydrilla, dll), tumbuhan air  mencuat; akar dan sebagian batang di bawah air, timbul dan berdaun/berbunga di atas air dan tipe  terakhir yaitu tumbuhan air terapung dengan daun dan bunga/buah di permukaan air. 
Peran tumbuhan di lahan basah diantaranya : sebagai penyedia oksigen, media tumbuh  dan berkembangnya microorganism, penahan laju aliran, membantu proses filtrasi dan mencegah  erosi, menyerap nutrient dan bahan pencemar lain serta pencegah pertumbuhan virus dan bakteri  patogen. Penelitian mengenai lahan basah masih sangat banyak yang skala laboratorium  sedangkan untuk skala lapang masih sangat minim.

Dr Ir Irdika Mansur M For Sc 
Desain Lahan Basah Buatan Untuk Pemulihan Lingkungan 
Tipologi air di areal tambang yaitu danya air yang memiliki pH sangat rendah dan logam  berat yang tinggi, kemudian ada yang TSS tinggi, pH sangat rendah dan Fe tinggi. Di Wales selatan  adanya air asam tambang yang terus menerus mengalir meski kegiatan tambang sudah lama tidak  dilakukan di sana. Perusahaan ini akhirnya mengambil solusi dengan membuat lahan basah buatan  untuk memurnikan lagi air yang tercemar dan menetralisir air tersebut. Di Indonesia ada yang  membuat wetland sudah berumur 15 tahun oleh perusahaan tambang untuk menetralisir  lingkungan tersebut. Berbagai penelitian mengenai jenis tanaman yang bisa hidup dan menyerap  logam berat yang tinggi di lahan tergenang yaitu jenis tanaman kayu putih dan lonkida. Empat  komponen utama untuk kontruksi hutan rawa buatan untuk pengelolaan AAT yaitu lokasi dan  dimensi hutan rawa buatan, bahan organik, tumbuhan dan pohon serta bakteri pereduksi sulfat. 
Kontruksi lahan basah dahulu awalnya yaitu paling bawah ada bahan organic yang  melimpah 20-30 cm kemudian ditambahkan pupuk kandang 10 cm dan AAT 30-50 cm.  disampaikan beberapa wetland buatan yang telah dibuat serta adanya monitoring di lahan basah  buatan ini. Hasil kajian juga diketahui terdapat bahan organik yang membantu dalam penyerapan  logam berat. Dijelaskan mengenai jenis longkida yang memiliki berbagai manfaat dan juga kayu  putuh serta rumput tifa yang adaftif di lahan basah. Beberapa permasalahan dalam penerapan lahan  basah buatan yaitu perusahaan mengira pembuatan wetland butuh lahan luas padahal bisa  menggunajan lahan hasil back filling atau kolam yang hanya berisi bahan organik dibuat lebih  dalam agar dapat menampung lebih banyak. 
Secara keseluruhan penanganan air asam tambang dengan pasif yaitu pembuatan lahan  basah buatan sangat perlu, selesi jenis pohon dan tumbuhan air yang mempu menyerap logam  berat dan menaikkan pH terus dilakukan. Penelitian dan pemilihan bahan organik sangat penting  dilakukan untuk menetralkan asam tambang terus dilakukan, perlu adanya dukungan kebijakan  untuk implementasi di lapangan serta perlu banyak diadakan sosialisasi serta pelatihan. 

Dokumentasi Pribadi

Venpri Sagara 
Implementasi Constructed Wetland pada Aktivitas Pertambangan PT Bukit Asam Tbk
Pengendalian preventif pada AAT pertama dengan penggunaan NAF (Non Acid Forming)  berupa penyelimutan material PAF oleh material NAF agar tidak terjadinya oksidasi. Pengendalian  secara aktif yaitu dengan penambangan bahan kimia koagulan yaitu penambahan kapur, tawas dan  NaOH. Pengendalian secara pasif yaitu dengan pembuatan lahan basah buatan. Di buat 1 wetland oleh perusahaan bukit asam dan sudah terdapat 5 wetland alami di daerah tersebut. Beberapa jenis  tanaman fitoremediasi yang digunakan yaitu Borasi, Ekor kucing, Mendongan, dan Purun tikus. Pembuatan lahan basah buatan terbukti menurunkan biaya pengeluaran. Manfaat lainnya yaitu  dapat mendatangkan manfaat sosialekonomi dengan adanya kerjasama dengan warga berupa  budidaya perikanan. Secara keseluruhan bukit asam mendapatkan keuntungan berupa efisiensi  biaya, stabilitas proses, pengelolaan dan perawatan yang mudah, model sederhana dan prosesnya alami jadi tidak rumit. Kekurangan atau yg dihadapi yaitu butuh lahan yang luas, kriteria wetland  harus sesuai dengan tipe limbah dan iklim serta teknologi wetland perlu penelitian tumbuhan air  dan luas wetland.  

Prof Ir Joni Hermana, MSc ES PhD 
Pembahasan Contructed Wetland for Wastewater Treatment 
Prinsip pengelolaan limbah secara biologis adalah mengkonversi air limbah sebagai  sumber energy dan mengkonversi air limbah sebagai sumber organisma baru. Potensi lahan basah  buatan yaitu pemanfaatan lahan basah dan/atau lahan bekas tambang, cocok dengan kondisi tanah  kepulauan di Indonesia, proses pengelolaan yang sederhana dan ekonomis dan berpeluang  menghilangkan berbagai jenis limbah. Tantangan lahan basah buatan yaitu belum lengkapnya  informasi tentang jenis tanaman, variable ekstertal yg berpengaruh belum teridentifikasi secara  baik, belum ada informasi tentang perlakuan pasca serta luas lahan yang masoih menjadi  tantangan. Disampaikan resume jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi adaftif dengan lahan  basah buatan ini yaitu Hydrilla, Potamogeton, Typha, Pragmites, Cyperus, Nelumbo, Lemna  minor, E. crassipes, P. Stratiotes, N. Orientalis, M cajuputi, T. arigustifolia, dan lainnya. Maka  1 tantangan dari 4 tantangan sudah terjawab berarti 3 tantangan lagi yang harus kita lewati dan  pecahkan. 

Delma Azrin 
Lahan Basah Buatan : Sebagai Bagian Pengelolaan Lingkungan Tambang Batubara
        Dijelaskan dan diperlihatkan mengenai peraturan terkait kegiatan pertambangan.  Pengelolaan air asam tambang yaitu conventional liming box dengan menaburkan bubuk kapur  secara langsung dan lime injection dengan pembuatan liquid lime pada jenuh tertentu usaha ini  lebih efesian dan efektif. Pengelolaan secara pasif yaitu dengan limestone chanel dan wetland. Tantangan implementasi lahan basah buatan di tambang batubara yaitu biaya dan manfaat apakah  sejalan atau tidak, bagaimana keberhasilan dan kendalanya, perlu perawatan dan pengendalian,  regulasi, izin pembuangan limbah cair, batas izin usaha dan tumpang tindih lahan, integrasi dengan  perencanaan tambang jangka panjang, serta manfaat pasca tambang. APBI mendukung dan  mendorong penelitian, pengembangan dan implementasi contructed wetland sebagai bagian dari  upaya pemulihan lingkungan di tambang batubara, mendukung upaya sosialisasi dan pelatihan  dalam rangka pengembangan dan implementasinya, siap bekerjasama dalam penyusunan  kebijakan pemerintah terkait constructed wetland dan upaya pemulihan lingkungan lainnya.

Dokumentasi Pribadi

Komentar