What is Guano Fertilizer ?

Sejarah Malayan Uniform System (MUS)

 

Photo by Vlad Hilitanu on Unsplash


Sejarah Malayan Uniform System (MUS) 

Sistem silvikultur dilakukan untuk menjadikan hutan lestari atau berkelanjutan. Hutan Dipterokarpa di Asia Tenggara adalah salah satu hutan yang berpotensi besar dalam keberhasilan hutan berkelanjutan (Appanah 1998). Hutan Dipterokarpa Malesia Barat merupakan hutan tropis yang paling produktif di Asia dengan nilai kayu yang tinggi, dari 41 juta hektar konsesi hutan di Indonesia 43% diantaranya merupakan hutan primer dan 27% dari hutan bekas tebangan dianggap sebagai hutan dengan kondisi hutan sedang hingga bagus. Hasil utan dari hutan Dipterokarpa ini adalah kayu dari spesies-spesies dari famili Dipterokarpa yang merupakan kelompok terbesar yang dimanfaatkan sebagai kayu komersial. Maka perlu dilakukannya sistem silvikultur yang efektif untuk pengelolaan hutan tersebut dan sistem yang dipilih yaitu sistem Malayan Uniform System MUS.

Malayan Uniform System (MUS) adalah sistem yang diperkenalkan tahun 1948 yang merupakan salah satu sistem silvikultur yang paling awal. Sistem ini meliputi penebangan pohon, pembebasan tegakan. Pada awal tahun tujuh puluhan, sejumlah hutan dataran rendah di Semenanjung Malaya panen dan beberapa beralih ke hutan perbukitan. Di daerah yang lebih curam tersebut MUS dianggap tidak sesuai lagi karena regenerasinya tidak merata. MUS pernah diadaptasi menjadi Modified Malayan Uniform System untuk melakukan pengkayaan tanaman bila regenerasi alamnya buruk, hasilnya seringkali tidak memuaskan sehingga pendekatan tersebut ditinggalkan (Meijaard E et al. 2006). 


Daftar Pustaka

Appanah S, Turnbull JM. 1998. A review of dipterocarps. Bogor(ID): CIFOR

Meijaard E et al. 2006. Hutan Pasca Pemanenan. Bogor(ID): CIFOR


Komentar